Sebelum membahas mengenai masa penjajahan asing sampai ke Indonesia dan hubungannya dengan Proklamasi Kemerdekaan, maka terlebih dahulu harus mengetahui negara-negara Eropa yang berhasil melakukan penjelajahan samudera hingga sampai ke Indonesia. Adapun uraiannya sebagai berikut :
1. Kedatangan Bangsa Asing ke Indonesia
Setelah Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani pada tahun 1453 membuat akses bangsa-bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah di kawasan Timur Tengah menjadi tertutup. Akibatnya, harga rempah-rempah melonjak sangat tinggi. Oleh karena itu, bangsa Eropa memutuskan untuk mencari dan menemukan daerah-daerah penghasil rempah-rempah ke Timur. Dengan demikian, dimulailah periode petualangan, penjelajahan, dan penemuan dunia baru yang sebelumnya telah mendapatkan dukungan dan partisipasi baik dari pemerintah maupun para ilmuan.
Portugis dan Spanyol adalah pelopor dari petualangan, pelayaran, dan penjelajahan samudera untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah ke arah Timur. Portugis berhasil membuka jalan dan menemukan kepulauan Nusantara sebagai daerah penghasil rempah-rempah, yang kemudian di susul oleh Belanda dan Inggris yang tujuannya tidak hanya untuk mencari rempah-rempah melainkan ada tujuan yang lebih luas lagi yaitu yang dikenal dengan istilah 3G (Gold, Glory, and Gospel). Selain faktor tersebut, terdapat faktor lain, di antaranya, adalah terpengaruh ajaran Copernicus bahwa bumi berbentuk bulat; perkembangan ilmu pengetahuan yang berhasil menemukan kompas, pembuatan kapal, mesiu. Oleh karena faktor-faktor tersebut, banyak negara-negara Eropa yang melakukan penjelajahan dan sampai ke Indonesia.
Berikut ini penjelasan dari penjelajahan dan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa di Nusantara :
a. Spanyol
Keberhasilan Spanyol menemukan daerah penghasil rempah-rempah di Kepulauan Nusantara dimulai dengan adanya ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh rombongan Magellan dari Samudera Atlantik kemudian memasuki Samudra Pasifik, dimana dalam pelayaran itu mereka berhasil menemukan Kepulauan Massava atau yang dikenal dengan Filipina pada April 1521 sebagai koloni Spanyol, tetapi mendapat perlawanan dari penduduk setempat (orang-orang Mactan) sehingga terjadi pertempuran antara kedua belah pihak yang menewaskan Magellan.
Rombongan Magellan yang selamat meninggalkan Filipina dan meneruskan pelayaran ke arah Selatan di bawah pimpinan Sebastian Del Cano. Kemudian sampailah mereka ke Kepulauan Maluku yang ternyata merupakan daerah penghasil rempah-rempah. Adapun tokoh-tokoh penjelajahan Spanyol ke Indonesia adalah Cristopher Columbus (1451-1506), Ferdinand Magelhaens (1403-1521), Juan Sebastian Del Cano (1408-1522).
b. Portugis
Pelaut ulung Portugis bernama Vasco da Gama dalam pelayarannya telah berhasil melakukan penjelajahan dari Pantai Timur Afrika kemudian mengarungi Lautan Hindia (Samudera Indonesia). Pada tahun 1498, rombongan Vasco da Gama mendarat di Kalikut dan Goa. Pendaratan tersebut disertai pemasangan patok batu bergambar bola dunia yang disebut padrao sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan adalah milik Portugis. Bahkan di Goa, Portugis berhasil mendirikan kantor dagang dan benteng sehingga atas keberhasilan tersebut Raja Portugis mengangkat Vasco da Gama sebagai penguasa di Goa atas nama pemerintahan Portugis.
Lambat laun, Portugis menyadari bahwa India bukanlah daerah penghasil rempah-rempah, melainkan Malaka. Maka, pada tahun 1511, armada Portugis berhasil menguasai Malaka di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque sehingga menyebabkan orang Islam tidak dapat berdagang lagi atau keluar masuk kawasan Selat Malaka secara leluasa. Hal ini karena Portugis melakukan monopoli perdagangan. Akhirnya, para pedagang tersebut pun menyingkir ke daerah-daerah lain. Tindakan Portugis mendapat banyak aksi protes, bahkan perlawanan dari berbagai pihak, di antaranya, perlawanan dari Demak pimpinan Pati Unus untuk menyerang Malaka.
c. Belanda
Kedatangan Belanda ke Nusantara diawali dengan pendaratan dari Cornelis de Houtman beserta armadanya di Banten 1596. Dengan niat untuk berdagang maka kedatangan Belanda pada mulanya disambut dengan baik oleh pihak kerajaan Banten. Tetapi, melihat pelabuhan Banten sebagai wilayah yang strategis dan adanya tanaman rempah-rempah membuat Cornelis de Houtman berambisi untuk melakukan monopoli perdagangan, bahkan mereka tidak segan memperlakukan rakyat dengan kasar. Rakyat Banten berangsur membenci dan melakukan perlawanan demi mengusir orang-orang Belanda. Cornelis de Houtman beserta armadanya akhirnya segera meninggalkan Banten dan kembali ke Belanda.
Ekspedisi Belanda berikutnya ke Nusantara, di bawah pimpinan Van Heemskerck, juga mendarat di Banten pada tahun 1598 dengan sikap lebih hati-hati dan bersahabat. Itulah sebabnya rakyat Banten menerima kembali kedatangan orang Belanda untuk melakukan aktivitas perdagangan. Selanjutnya, mereka melanjutkan pelayaran dari Tuban ke Timur menuju Maluku di bawah pimpinan Jacob van Neck pada tahun 1599. Dengan memanfaatkan suasana politik yang kurang menguntungkan anatara Portugis dan Maluku, kedatangan Belanda diterima baik oleh rakyat Maluku. Ini membawa keuntungan yang berlipat bagi orang Belanda karena semakin banyaknya kapal dagang Belanda yang melakukan pelayaran dan perdagangan di Maluku.
d. Inggris
Sama halnya seperti bangsa Eropa lainnya, Inggris melakukan penjelajahan karena didorong keinginan mencari wilayah baru penghasil rempah-rempah. Sampailah Inggris ke kepulauan Nusantara untuk meramaikan perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1811, Inggris bahkan pernah memegang kendali atas Tanah Hindia melalui East Indie Company. Ada beberapa tokoh pelaut dari Inggris yang melakukan penjelajahan samudera, antara lain, Sir Francis Drake (1577), Pilgrim Fathers (1607), Sir James Lancester dan George Raymond (1591), William Dampier (1688), serta James Cook (1771).
2. Indonesia dalam Penjajahan Belanda
Belanda yang datang ke Nusantara dengan tujuan awal untuk mencari rempah dan melakukan aktivitas berdagang, telah berubah niat dengan melakukan monopoli perdagangan bahkan sampai pada taraf untuk melakukan kolonialisasi di Nusantara. Permulaan penjajahan Belanda ialah dibentuknya VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) sebagai persekutuan kongsi dagang Belanda di nusantara pada tanggal 20 Maret 1602. VOC pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (J.P. Coen) berhasil mendirikan kota Batavia dan meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara pada tanggal 30 Mei 1619. Tindakan VOC yang ingin menguasai nusantara yang kaya akan rempah-rempah dilakukan dengan menggunakan strategi politik yaitu melakukan tindakan intervensi politik terhadap kerajaan-kerajaan, melakukan politik devide et impera, berbagai tipu daya, pemaksaan monopoli perdagangan dilakukan Belanda demi mencapai kekuasaan dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tindakan VOC tersebut tentunya tidak dibiarkan begitu saja oleh rakyat di nusantara. Mereka melakukan perlawanan untuk mengusir orang-orang asing tersebut, termasuk Belanda. Hal ini dapat dilihat dari adanya perlawanan seperti oleh rakyat Aceh, Maluku, Mataram, Banten, Goa, Riau dan sebagainya sebagai aksi ketidaksenangan dan kebencian rakyat nusantara terhadap Belanda.
Dibubarkannya VOC pada tanggal 31 Desember 1799, membuat pemerintah Belanda melanjutkan imperialismenya di Indonesia dalam bentuk kerja paksa, seiring diberlakukannya sistem pajak dan sistem tanam paksa sebagai upaya untuk memperbaiki ekonomi Belanda. Tanam Paksa atau yang dikenal dengan cultuurstelsel diprakarsai oleh Van den Bosch dan diterapkan di Indonesia pada tahun 1830. Bagi pihak Belanda, pelaksanaan tanam paksa banyak membawa keuntungan. Namun, bagi bangsa Indonesia, tanam paksa merupakan suatu beban penderitaan rakyat apabila ditinjau dari segi sosial dan ekonomi.
Hal berbeda terjadi pada aspek pendidikan, dimana ada dampak positif bagi segelintir orang Indonesia atas kebijakan yang diambil oleh Belanda, yakni kebijakan pemerintah Belanda membuka sekolah-sekolah untuk orang Indonesia dengan tujuan mencukupi kebutuhan tenaga kerja, terutama di perusahaan dan perkebunan milik Belanda. Adanya kesempatan memperoleh pendidikan bagi sebagian kecil bangsa Indonesia ini, kelak akan menjadi sebuah pencerahan bagi bangsa Indonesia sebagai upaya membangkitkan semangat nasionalisme menuju kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut ditandai oleh munculnya pergerakan nasional yang dipelopori pemuda Indonesia sebagai golongan cendikiawan, yang memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah Belanda.
Organisasi pergerakan Indonesia ada yang bersifat kooperatif, ada juga yang bersifat non kooperatif. Ada yang bergerak dalam bidang sosial budaya, pendidikan. Ada pula yang bergerak pada bidang politik. Munculnya organisasi pergerakan nasional tak lain karena adanya kesadaran di kalangan cendikiawan untuk menyebarluaskan rasa nasionalisme kepada rakyat untuk menentang penjajah dan berusaha memperoleh kemerdekaan. Munculnya organisasi pergerakan pertama, yaitu Budi Utomo, pada tanggal 20 Mei 1908 mengusung tujuan mempersatukan bangsa Indonesia demi kemerdekaan bersama. Lahirnya Budi Utomo mampu membangkitkan organisasi lainnya seperti Indische Partij, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam, Taman Siswa, Muhammadiyah, dan lainnya.
Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi pemimpin Indonesia pada periode pergerakan nasional semasa penjajahan Belanda. Banyak di antara mereka yang ditangkap oleh Belanda, bahkan diasingkan ke pulau terpencil, karena dianggap melakukan sesuatu yang berpotensi membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda. Acap terjadi Belanda juga membubarkan organisasi pergerakan tersebut.
3. Indonesia Masa Pendudukan Jepang
Perang Dunia II terjadi setelah Jepang membombardir Pearl Harbour pada Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, untuk membentuk persekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.
Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama kali terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh ke tangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Pebruari 1942.
Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942.
Kekalahan Jepang terhadap Sekutu berakibat ditandatanganinya perjanjian Post Dam, sehingga secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hiroshima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi, secara politis, telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus mampu menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Amerika Serikat.
Mulailah Jepang mengumbar janji kemerdekaan kepada Indonesia. Apabila bangsa Indonesia bersedia membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Sebagai konsekuensinya, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang dalam perkembangannya berubah menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat (unconditional surrender). Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia.
1. Kedatangan Bangsa Asing ke Indonesia
Setelah Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani pada tahun 1453 membuat akses bangsa-bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah di kawasan Timur Tengah menjadi tertutup. Akibatnya, harga rempah-rempah melonjak sangat tinggi. Oleh karena itu, bangsa Eropa memutuskan untuk mencari dan menemukan daerah-daerah penghasil rempah-rempah ke Timur. Dengan demikian, dimulailah periode petualangan, penjelajahan, dan penemuan dunia baru yang sebelumnya telah mendapatkan dukungan dan partisipasi baik dari pemerintah maupun para ilmuan.
Portugis dan Spanyol adalah pelopor dari petualangan, pelayaran, dan penjelajahan samudera untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah ke arah Timur. Portugis berhasil membuka jalan dan menemukan kepulauan Nusantara sebagai daerah penghasil rempah-rempah, yang kemudian di susul oleh Belanda dan Inggris yang tujuannya tidak hanya untuk mencari rempah-rempah melainkan ada tujuan yang lebih luas lagi yaitu yang dikenal dengan istilah 3G (Gold, Glory, and Gospel). Selain faktor tersebut, terdapat faktor lain, di antaranya, adalah terpengaruh ajaran Copernicus bahwa bumi berbentuk bulat; perkembangan ilmu pengetahuan yang berhasil menemukan kompas, pembuatan kapal, mesiu. Oleh karena faktor-faktor tersebut, banyak negara-negara Eropa yang melakukan penjelajahan dan sampai ke Indonesia.
Berikut ini penjelasan dari penjelajahan dan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa di Nusantara :
a. Spanyol
Keberhasilan Spanyol menemukan daerah penghasil rempah-rempah di Kepulauan Nusantara dimulai dengan adanya ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh rombongan Magellan dari Samudera Atlantik kemudian memasuki Samudra Pasifik, dimana dalam pelayaran itu mereka berhasil menemukan Kepulauan Massava atau yang dikenal dengan Filipina pada April 1521 sebagai koloni Spanyol, tetapi mendapat perlawanan dari penduduk setempat (orang-orang Mactan) sehingga terjadi pertempuran antara kedua belah pihak yang menewaskan Magellan.
Rombongan Magellan yang selamat meninggalkan Filipina dan meneruskan pelayaran ke arah Selatan di bawah pimpinan Sebastian Del Cano. Kemudian sampailah mereka ke Kepulauan Maluku yang ternyata merupakan daerah penghasil rempah-rempah. Adapun tokoh-tokoh penjelajahan Spanyol ke Indonesia adalah Cristopher Columbus (1451-1506), Ferdinand Magelhaens (1403-1521), Juan Sebastian Del Cano (1408-1522).
b. Portugis
Pelaut ulung Portugis bernama Vasco da Gama dalam pelayarannya telah berhasil melakukan penjelajahan dari Pantai Timur Afrika kemudian mengarungi Lautan Hindia (Samudera Indonesia). Pada tahun 1498, rombongan Vasco da Gama mendarat di Kalikut dan Goa. Pendaratan tersebut disertai pemasangan patok batu bergambar bola dunia yang disebut padrao sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan adalah milik Portugis. Bahkan di Goa, Portugis berhasil mendirikan kantor dagang dan benteng sehingga atas keberhasilan tersebut Raja Portugis mengangkat Vasco da Gama sebagai penguasa di Goa atas nama pemerintahan Portugis.
Lambat laun, Portugis menyadari bahwa India bukanlah daerah penghasil rempah-rempah, melainkan Malaka. Maka, pada tahun 1511, armada Portugis berhasil menguasai Malaka di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque sehingga menyebabkan orang Islam tidak dapat berdagang lagi atau keluar masuk kawasan Selat Malaka secara leluasa. Hal ini karena Portugis melakukan monopoli perdagangan. Akhirnya, para pedagang tersebut pun menyingkir ke daerah-daerah lain. Tindakan Portugis mendapat banyak aksi protes, bahkan perlawanan dari berbagai pihak, di antaranya, perlawanan dari Demak pimpinan Pati Unus untuk menyerang Malaka.
c. Belanda
Kedatangan Belanda ke Nusantara diawali dengan pendaratan dari Cornelis de Houtman beserta armadanya di Banten 1596. Dengan niat untuk berdagang maka kedatangan Belanda pada mulanya disambut dengan baik oleh pihak kerajaan Banten. Tetapi, melihat pelabuhan Banten sebagai wilayah yang strategis dan adanya tanaman rempah-rempah membuat Cornelis de Houtman berambisi untuk melakukan monopoli perdagangan, bahkan mereka tidak segan memperlakukan rakyat dengan kasar. Rakyat Banten berangsur membenci dan melakukan perlawanan demi mengusir orang-orang Belanda. Cornelis de Houtman beserta armadanya akhirnya segera meninggalkan Banten dan kembali ke Belanda.
Ekspedisi Belanda berikutnya ke Nusantara, di bawah pimpinan Van Heemskerck, juga mendarat di Banten pada tahun 1598 dengan sikap lebih hati-hati dan bersahabat. Itulah sebabnya rakyat Banten menerima kembali kedatangan orang Belanda untuk melakukan aktivitas perdagangan. Selanjutnya, mereka melanjutkan pelayaran dari Tuban ke Timur menuju Maluku di bawah pimpinan Jacob van Neck pada tahun 1599. Dengan memanfaatkan suasana politik yang kurang menguntungkan anatara Portugis dan Maluku, kedatangan Belanda diterima baik oleh rakyat Maluku. Ini membawa keuntungan yang berlipat bagi orang Belanda karena semakin banyaknya kapal dagang Belanda yang melakukan pelayaran dan perdagangan di Maluku.
d. Inggris
Sama halnya seperti bangsa Eropa lainnya, Inggris melakukan penjelajahan karena didorong keinginan mencari wilayah baru penghasil rempah-rempah. Sampailah Inggris ke kepulauan Nusantara untuk meramaikan perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1811, Inggris bahkan pernah memegang kendali atas Tanah Hindia melalui East Indie Company. Ada beberapa tokoh pelaut dari Inggris yang melakukan penjelajahan samudera, antara lain, Sir Francis Drake (1577), Pilgrim Fathers (1607), Sir James Lancester dan George Raymond (1591), William Dampier (1688), serta James Cook (1771).
2. Indonesia dalam Penjajahan Belanda
Belanda yang datang ke Nusantara dengan tujuan awal untuk mencari rempah dan melakukan aktivitas berdagang, telah berubah niat dengan melakukan monopoli perdagangan bahkan sampai pada taraf untuk melakukan kolonialisasi di Nusantara. Permulaan penjajahan Belanda ialah dibentuknya VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) sebagai persekutuan kongsi dagang Belanda di nusantara pada tanggal 20 Maret 1602. VOC pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (J.P. Coen) berhasil mendirikan kota Batavia dan meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara pada tanggal 30 Mei 1619. Tindakan VOC yang ingin menguasai nusantara yang kaya akan rempah-rempah dilakukan dengan menggunakan strategi politik yaitu melakukan tindakan intervensi politik terhadap kerajaan-kerajaan, melakukan politik devide et impera, berbagai tipu daya, pemaksaan monopoli perdagangan dilakukan Belanda demi mencapai kekuasaan dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tindakan VOC tersebut tentunya tidak dibiarkan begitu saja oleh rakyat di nusantara. Mereka melakukan perlawanan untuk mengusir orang-orang asing tersebut, termasuk Belanda. Hal ini dapat dilihat dari adanya perlawanan seperti oleh rakyat Aceh, Maluku, Mataram, Banten, Goa, Riau dan sebagainya sebagai aksi ketidaksenangan dan kebencian rakyat nusantara terhadap Belanda.
Dibubarkannya VOC pada tanggal 31 Desember 1799, membuat pemerintah Belanda melanjutkan imperialismenya di Indonesia dalam bentuk kerja paksa, seiring diberlakukannya sistem pajak dan sistem tanam paksa sebagai upaya untuk memperbaiki ekonomi Belanda. Tanam Paksa atau yang dikenal dengan cultuurstelsel diprakarsai oleh Van den Bosch dan diterapkan di Indonesia pada tahun 1830. Bagi pihak Belanda, pelaksanaan tanam paksa banyak membawa keuntungan. Namun, bagi bangsa Indonesia, tanam paksa merupakan suatu beban penderitaan rakyat apabila ditinjau dari segi sosial dan ekonomi.
Hal berbeda terjadi pada aspek pendidikan, dimana ada dampak positif bagi segelintir orang Indonesia atas kebijakan yang diambil oleh Belanda, yakni kebijakan pemerintah Belanda membuka sekolah-sekolah untuk orang Indonesia dengan tujuan mencukupi kebutuhan tenaga kerja, terutama di perusahaan dan perkebunan milik Belanda. Adanya kesempatan memperoleh pendidikan bagi sebagian kecil bangsa Indonesia ini, kelak akan menjadi sebuah pencerahan bagi bangsa Indonesia sebagai upaya membangkitkan semangat nasionalisme menuju kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut ditandai oleh munculnya pergerakan nasional yang dipelopori pemuda Indonesia sebagai golongan cendikiawan, yang memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah Belanda.
Organisasi pergerakan Indonesia ada yang bersifat kooperatif, ada juga yang bersifat non kooperatif. Ada yang bergerak dalam bidang sosial budaya, pendidikan. Ada pula yang bergerak pada bidang politik. Munculnya organisasi pergerakan nasional tak lain karena adanya kesadaran di kalangan cendikiawan untuk menyebarluaskan rasa nasionalisme kepada rakyat untuk menentang penjajah dan berusaha memperoleh kemerdekaan. Munculnya organisasi pergerakan pertama, yaitu Budi Utomo, pada tanggal 20 Mei 1908 mengusung tujuan mempersatukan bangsa Indonesia demi kemerdekaan bersama. Lahirnya Budi Utomo mampu membangkitkan organisasi lainnya seperti Indische Partij, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam, Taman Siswa, Muhammadiyah, dan lainnya.
Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi pemimpin Indonesia pada periode pergerakan nasional semasa penjajahan Belanda. Banyak di antara mereka yang ditangkap oleh Belanda, bahkan diasingkan ke pulau terpencil, karena dianggap melakukan sesuatu yang berpotensi membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda. Acap terjadi Belanda juga membubarkan organisasi pergerakan tersebut.
3. Indonesia Masa Pendudukan Jepang
Perang Dunia II terjadi setelah Jepang membombardir Pearl Harbour pada Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita-citanya, untuk membentuk persekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.
Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama kali terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh ke tangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Pebruari 1942.
Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942.
Kekalahan Jepang terhadap Sekutu berakibat ditandatanganinya perjanjian Post Dam, sehingga secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hiroshima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi, secara politis, telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus mampu menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Amerika Serikat.
Mulailah Jepang mengumbar janji kemerdekaan kepada Indonesia. Apabila bangsa Indonesia bersedia membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Sebagai konsekuensinya, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang dalam perkembangannya berubah menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat (unconditional surrender). Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar