Strategi Pergerakan Nasional pada Masa Awal Kebangkitan Nasional
Memasuki akhir abad 19, pemerintah Kolonial Belanda mendapatkan banyak kritikan akibat pelaksanaan cultuur stelsel yang sangat memberatkan. Kritik ini bersamaan dengan berkembangnya paham-paham baru, misalnya liberalisme. Sebagai jawaban atas kritik tersebut adalah penerapan Politik Etis. Paham-paham baru yang muncul pada waktu itu, antara lain, liberalisme, nasionalisme, komunisme, demokrasi, dan pan-Islamisme. Tanpa disadari, ternyata Politik Etis berdampak positif bagi Indonesia karena memunculkan pergerakan rakyat yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Beberapa faktor penyebab munculnya pergerakan nasional adalah :
1. Faktor internal, antara lain :
• Lahirnya golongan cendekiawan
• Kemampuan berorganisasi
• Kenangan kejayaan masa lampau
• Penderitaan rakyat akibat penjajahan
• Ketidakadilan sosial (diskriminasi)
2. Faktor eksternal, di antaranya, adalah munculnya paham-paham baru (nasionalisme, demokrasi, komunisme, pan-Islamisme, dan lainnya), gerakan kemerdekaan di negara-negara Asia dan Afrika, serta kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
Proses kebangkitan rakyat Indonesia ini diawali dengan kesadaran para calon dokter yang medapatkan pendidikan di sekolah Belanda (STOVIA). Jiwa sosial mereka muncul tatkala melihat penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia.
Pergerakan nasional Indonesia diawali dengan munculnya organisasi Budi Utomo tahun 1908, kemudian disusul organisasi lain seperti Sarekat Islam dan Indische Partij (1912), PNI (1927), PKI (1926), serta beberapa organisasi lain. Pergerakan nasional Indonesia sangat dipengaruhi oleh banyaknya pemuda yang telah mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah yang didirikan Belanda pada masa Politik Etis. Oleh karena itu, banyak bermunculan tokoh-tokoh yang kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Kartini, Ki Hajar Dewantara, dan lainnya. Masing-masing dari mereka berjuang baik di bidang pendidikan, kesehatan, politik, maupun sosial.
1. Faktor internal, antara lain :
• Lahirnya golongan cendekiawan
• Kemampuan berorganisasi
• Kenangan kejayaan masa lampau
• Penderitaan rakyat akibat penjajahan
• Ketidakadilan sosial (diskriminasi)
2. Faktor eksternal, di antaranya, adalah munculnya paham-paham baru (nasionalisme, demokrasi, komunisme, pan-Islamisme, dan lainnya), gerakan kemerdekaan di negara-negara Asia dan Afrika, serta kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
Proses kebangkitan rakyat Indonesia ini diawali dengan kesadaran para calon dokter yang medapatkan pendidikan di sekolah Belanda (STOVIA). Jiwa sosial mereka muncul tatkala melihat penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia.
Pergerakan nasional Indonesia diawali dengan munculnya organisasi Budi Utomo tahun 1908, kemudian disusul organisasi lain seperti Sarekat Islam dan Indische Partij (1912), PNI (1927), PKI (1926), serta beberapa organisasi lain. Pergerakan nasional Indonesia sangat dipengaruhi oleh banyaknya pemuda yang telah mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah yang didirikan Belanda pada masa Politik Etis. Oleh karena itu, banyak bermunculan tokoh-tokoh yang kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Kartini, Ki Hajar Dewantara, dan lainnya. Masing-masing dari mereka berjuang baik di bidang pendidikan, kesehatan, politik, maupun sosial.
Salah satu cara yang ditempuh oleh para pemuda Indonesia untuk mewujudkan Indonesia merdeka adalah dengan pendidikan. Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sangat berpengaruh besar dalam membentuk pola pikir masyarakat sehingga mereka menjadi sadar akan pentingnya sebuah kebebasan. Banyak sekali tokoh yang terlahir di masa pergerakan Nasional dan rata-rata mereka adalah orang-orang yang sudah mendapatkan pendidikan. Salah satu tokoh pergerakan yang perannya sangat penting terutama dalam bidang pendidikan adalah Suwardi Suryaningrat atau yang biasa dikenal dengan Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara berjuang melawan penjajah diawali dengan mendirikan partai bersama dua temannya yang kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai”. Mereka adalah Douwes Dekker, dan dr. Cipto Mangunkusumo. Mereka bertiga mendirikan organisasi dengan nama Indische Partij tahun 1912. Indische Partij dapat dikatakan merupakan organisasi pertama yang secara tegas berhaluan politik. Namun pada akhirnya, organisasi ini dibubarkan oleh Belanda. Setelah Indische Partij dibubarkan, Ki Hajar Dewantara kemudian fokus untuk mendirikan sebuah sekolah yang dikenal dengan nama “Taman Siswa” pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Sekolah Taman Siswa merupakan sekolah yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara bersama teman-temannya. Sekolah ini sangat berperan dalam menanamkan semangat nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia. Selain itu, juga menekankan kebudayaan Indonesia, juga budi pekerti bagi para siswanya. Berkat jasanya, Ki Hajar Dewantara lantas dikenal sebagai Bapak Pendidikan dan Yogyakarta pun digelari Kota Pendidikan.
Ki Hajar Dewantara berjuang melawan penjajah diawali dengan mendirikan partai bersama dua temannya yang kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai”. Mereka adalah Douwes Dekker, dan dr. Cipto Mangunkusumo. Mereka bertiga mendirikan organisasi dengan nama Indische Partij tahun 1912. Indische Partij dapat dikatakan merupakan organisasi pertama yang secara tegas berhaluan politik. Namun pada akhirnya, organisasi ini dibubarkan oleh Belanda. Setelah Indische Partij dibubarkan, Ki Hajar Dewantara kemudian fokus untuk mendirikan sebuah sekolah yang dikenal dengan nama “Taman Siswa” pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Sekolah Taman Siswa merupakan sekolah yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara bersama teman-temannya. Sekolah ini sangat berperan dalam menanamkan semangat nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia. Selain itu, juga menekankan kebudayaan Indonesia, juga budi pekerti bagi para siswanya. Berkat jasanya, Ki Hajar Dewantara lantas dikenal sebagai Bapak Pendidikan dan Yogyakarta pun digelari Kota Pendidikan.
Pemerintahan Belanda tidak dipungkiri memperoleh keuntungan yang sangat besar selama berkuasa di Indonesia. Pasca masa VOC yang gagal, pemerintahan Belanda mengambil alih monopoli di Indonesia. Kebijakan yang membuat Belanda meraih keuntungan yang besar adalah Tanam Paksa. Namun, keuntungan yang didapatkan VOC tidak sebanding dengan apa yang ada di Hindia Belanda. Akhirnya, Belanda pun mengubah kebijakan mereka menjadi Politik Balas Budi atau Politik Etis.
Politik Etis merupakan kebijakan yang dikeluarkan Theodor van Deventer untuk membalas apa yang diberikan negeri jajahan kepada Belanda. Kebijakan ini diperintahkan langsung oleh Ratu Wilhelmina ketika ia baru naik tahta tahun 1901. Isi dari kebijakan tersebut adalah perbaikan di bidang edukasi, irigasi, dan emigrasi. Salah satu wujud konkretnya adalah didirikannya sekolah-sekolah oleh Belanda.
Pendidikan yang terkandung dalam politik etis melahirkan banyak cendikiawan yang kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pendidikan ini sangat berpengaruh dalam politik dan sosial masyarakat Indonesia. Berkat adanya pendidikan yang baik, banyak tokoh mampu membangun organisasi untuk mencapai kemerdekaan. Contohnya ialah dr. Wahidin, Bung Hatta, hingga Bung Karno. Mereka ini mengenyam pendidikan pada sekolah-sekolah Belanda, seperti STOVIA, Sekolah Rakyat, dan lain-lain. Selain itu, kehidupan sosial turut juga terpengaruh. Berkat adanya pendidikan, muncullah golongan yang memperjuangkan martabat perempuan, seperti Kartini. Kalau dulu perempuan bisa dikatakan tertindas, maka akibat adanya pendidikan akhirnya peran perempuan bisa lebih terhormat daripada sebelumnya.
Semua hal di atas akhirnya menjadikan bangsa Indonesia berkembang sebagai bangsa yang merdeka serta menjunjung asas dan nilai yang luhur dalam kehidupan berbangsa. Bangsa Indonesia menjadi lebih menghargai arti perjuangan, perbedaan, dan persatuan. Bangsa Indonesia pun mampu menghormati kaum lemah seperti perempuan dan memberikan tempat bagi mereka untuk berkembang.
Politik Etis merupakan kebijakan yang dikeluarkan Theodor van Deventer untuk membalas apa yang diberikan negeri jajahan kepada Belanda. Kebijakan ini diperintahkan langsung oleh Ratu Wilhelmina ketika ia baru naik tahta tahun 1901. Isi dari kebijakan tersebut adalah perbaikan di bidang edukasi, irigasi, dan emigrasi. Salah satu wujud konkretnya adalah didirikannya sekolah-sekolah oleh Belanda.
Pendidikan yang terkandung dalam politik etis melahirkan banyak cendikiawan yang kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pendidikan ini sangat berpengaruh dalam politik dan sosial masyarakat Indonesia. Berkat adanya pendidikan yang baik, banyak tokoh mampu membangun organisasi untuk mencapai kemerdekaan. Contohnya ialah dr. Wahidin, Bung Hatta, hingga Bung Karno. Mereka ini mengenyam pendidikan pada sekolah-sekolah Belanda, seperti STOVIA, Sekolah Rakyat, dan lain-lain. Selain itu, kehidupan sosial turut juga terpengaruh. Berkat adanya pendidikan, muncullah golongan yang memperjuangkan martabat perempuan, seperti Kartini. Kalau dulu perempuan bisa dikatakan tertindas, maka akibat adanya pendidikan akhirnya peran perempuan bisa lebih terhormat daripada sebelumnya.
Semua hal di atas akhirnya menjadikan bangsa Indonesia berkembang sebagai bangsa yang merdeka serta menjunjung asas dan nilai yang luhur dalam kehidupan berbangsa. Bangsa Indonesia menjadi lebih menghargai arti perjuangan, perbedaan, dan persatuan. Bangsa Indonesia pun mampu menghormati kaum lemah seperti perempuan dan memberikan tempat bagi mereka untuk berkembang.
0 komentar:
Posting Komentar