Refleksi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, antara Sejarah dan Tradisi..


Tanggal 12 Rabiul Awal merupakan tanggal bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, karena pada tanggal tersebut lahir seorang rasul yang membawa risalah Islam. Beliau adalah Nabi Besar Muhammad saw. Beliau adalah nabi terakhir (khataman nabiyin) yang diutus Allah SWT. untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Muhammad SAW adalah pusat keteladanan. Segala ucapan dan tindakannya menjadi rujukan umat Islam, dulu dan sekarang. Haditsnya menjadi sumber hukum (mashdar al-hukm) kedua setelah Alquran. Begitu tinggi kedudukan Muhammad di hadapan umat Islam, maka momen-momen penting dalam kehidupannya selalu dikenang, dirayakan, dan diperingati. Mulai dari kelahirannya, pengangkatannya sebagai nabi, pendakian spiritualnya yang membuat banyak kepala menggeleng berupa isra’-mi`raj hingga migrasinya dari Mekah ke Madinah. Berbeda dengan kematian yang merupakan pertanda kesementaraan manusia dan juga keterbatasan seorang nabi, maka kelahiran Nabi Muhammad dianggap sebagai pertanda kehidupan baru dan perubahan sosial. Peringatan maulid nabi yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal pada hakekatnya sebagai upaya mengingat kembali hari kelahiran dan sejarah hidup nabi, meningkatkan komitmen memegang teguh ajarannya dan menjadikan beliau sebagai figur teladan utama bagi kaum muslimin khususnya dan setiap manusia pada umumnya. Memperingati hari lahir Nabi saw. tidaklah dimaksudkan untuk mengkultuskannya, karena beliau tidak membolehkan umat mengkultuskannya, apa lagi bila seseorang melakukan pengkultusan manusia biasa, seperti banyak terjadi dikalangan masyarakat saat ini.
Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Ayyubiyah di Mesir. Perayaan ini dilaksanakan atas perintah sang pendiri dinasti, Shalahuddin al-Ayyubi dengan tujuan untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis kemudian menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam yang menggelora pada saat itu. Peringatan maulid nabi biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk, ada yang mengadakan tablig akbar dengan mendatangkan ulama terkenal, membaca shalawat nabi dan aneka tradisi lainnya yang berkembang dimasyarakat. Kita percaya bahwa itu semua merupakan bentuk ekpresi kecintaan kaum muslimin terhadap nabi yang dicintainya. Peringatan maulid nabi tentu tidak sama dengan peringatan hari ulang tahun yang banyak diselenggarakan kalangan borjuis di negeri ini.
Muhammad saw memang pemimpin yang betul-betul cemerlang pribadinya. Walaupun tidak mempunyai istana, tidak memakai mahkota, tidak memakai tanda jasa, juga tidak duduk disinggasana, tetapi tidak berkurang kemuliaannya sampai detik ini. Beliau adalah figure pemimpin yang sukses dalam segala sisi. Ucapan dan tindaknnya menjadi  mutiara ilmu yang bertumpuk-tumpuk (dibukukan dalam hadis) sepanjang masa. Tidak akan lapuk oleh hujan dan tidak akan layu oleh panasnya rotasi kehidupan. Kesederhanaan, keteladanan, kesahajaan, dan pengorabanannya untuk umat menjadi ciri sukses. Beliau mampu mendirikan Negara dan titik awal ditengah-tengah bangsa yang tidak memiliki pengalaman politik selain organisasi kesuksesan. Tidak luput, beliaupun berhasil menetapkan norma-norma hukum yang lebih kosmopolit dan manusiawi daripada hukum yang telah ada saat itu. Perjanjian multigama dan etnis yang diprakarsai oleh Nabi itu mengandung dua prinsip yaitu kesetaraan (equality) dan keterbukaan (inklunsivisme) .
Salah satu factor kesuksesan Nabi tersebut tertera dalam sabdanya,”sayyidul Qoumi Khodimuhum” pemimpin suatu kaum adalah pelayannya. Karena sebagai pelayan, maka pemimpin harus memperhatikan kebutuhan dan kemauan rakyat yang dipimpin. Beliau selalu mengalah demi kepentingan rakyat yang di pimpinnya. Baginya, kepuasan batin adalah apabila mampu memuaskan rakyat yang di pimpinnya. Setiap hari belaiau berfikir bagaimana rakyat bisa cukup ekonominya, maju pendidikannnya, luhur moralitas dan mentalitasnya, hidup penuh kedamaian, kebahagiaan, persaudaraan, kekeluargaan, tidak ada dendam, iri hati, dengki dan perilaku negatif lainnya. Semua karakteristik Nabi tersebut terhimpun dalam empat sifat kenabian, pertama Shiddiq (jujur), kedua Amanah (dapat dipercaya), ketiga Tablighpersaudaraan, kekeluargaan, tidak ada dendam, iri hati, dengki dan perilaku negative lainnya. Semua karakteristik Nabi tersebut terhimpun dalam empat sifat kenabian, yakni : Shiddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan; kredibel), dan yang keempat Fathanah (cerdas).

Tak heran melihat prestasi Muhammad ini seorang sejarawan Barat, Michael Hart (1986) menempatkan Nabi penutup ini pada posisi pertama seratus tokoh berpengaruh dalam sejarah. Pengakuan Hart memiliki landasan argumentasi epistimologis-historis. Paling tidak, bukti dan argumentasi penilaian tersebut didasarkan antara lain pada implikasi kehadiran Nabi Muhammad saw dalam membawa agama islam sebagai cahaya kegelapan dunia yang sudah dirasuki ketamakan, kejahatan, kebiadaban, dan ketidakadilan. Nabi mampu merubah semuanya menjadi indah, sempurna laksan taman surga.
Maka alangkah baiknya bila perayaan ini tetap dijaga dan diwariskan hingga ke anak cucu sebagai generasi penerus, guna melekatkan jiwa dengan pribadi Nabi Muhammad SAW. selaku contoh terbaik (uswatun hasanah).

0 komentar:

Posting Komentar